JAILOLO – Gunung Gamkonora yang merupakan Gunung yang terletak di Pulau Halmahera, Kcamatan Ibu, Kabupaten Halmahera Barat, Povinsi Maluku Utara, belakangam ini sedang naik daun.
Pasalnya gunung tersebut banyak di perbincangkan di media sosial karena keidahannya. Hal ini, lantaran banyaknya wisatawan atau pendaki dari luar daerah Maluku Utara, untuk menjejakinya.
Selain itu, Gunung Gamkonora merupakan gunung dengan satus puncak tertinggi di pulau Halmahera, dengan Ketinggian pucak gunung yakni 1,560 Meter di Atas Permukaan Laut (mdpl), juga merupakan kawasan yang kaya akan keanekaragaman hayati, sehingga menjadi kepuasan tersendiri jika menjejakinya.

Untuk menikmati keindahan puncak Gunung Gamkonora, pendaki yang berasal dari luar Maluku Utra akan menyebrang dari Ternate ke Jailolo via jalur laut, menggunakan Speed boat dan juga bisa Kapal Ferry dengan waktu tempuh 2 jam perjalanan, sesampainya di Jailolo, pendaki akan menggunakan jalur trasportasi darat menuju jalur pendakian yang berada di Desa Gamsungi, Kecamatan Ibu, Kabupaten Halmahera Barat.
Sementara untuk mendaki ke puncak gunung, membutuhkan waktu 4 – 5 jam perjalanan dari Pos 1, pos Vulkanologi yang merupakan titik awal pendakian dan juga lokasi di gunakan untuk pemantauan aktivitas Vulkanik. Namun, tidak ada jumlah pos yang pasti seperti di gunung lain, tetapi lebih seperti checkpoint yang menandai progress pendakian.

Namun yang pasti, pendakian menuju puncak gunung Gamkonora menjadi pengalaman yang menantang sekaligus memuaskan, sebab selama perjalanan pendakian, wisatawan akan di suguhkan ekosistem unik di pulau Halmahera seperti burung Kakatua Putih, Nuri Maluku Utara dan Bidadari Halmahera jika beruntung karena jarang sekali terlihat. Dan juga tumbuhan khas daerah tropis.

Selain itu, Jalurnya yang dipenuhi oleh hutan tropis lebat, medan berbatu, dan tanjakan curam yang menguji stamina para pendaki. Namun, semua usaha akan terbayar lunas ketika mencapai puncak.
Ada danau kecil dan keindahan Teluk Jailolo dan Pulau Ternate yang tampak dari kejauhan, saat matahari terbit atau tenggelam, pemandangan ini menjadi semakin magis. Langit yang berwarna jingga keemasan menciptakan suasana yang sulit dilupakan.
Sama seperti Gunung Gamalama di Ternate dan Kie Matubu di Tidore, Gamkonora juga mempunyai miqat, yaitu gunung yang dikeramatkan dengan makam nenek moyang (leluhur) sekitar (985 mdpl) sebelum menanjak ke puncaknya.
Mega Srikandi (26), pendaki asal Kota Ternate saat di temui media ini mengatakan, tak jarang ia temui para pendaki dari luar daerah Maluku Utara saat mendaki gununung Gamkonora.
“Ia ada lagi ramai-ramainya ini gunung, saya sendiri sudah 5 kali menendaki, ” ucap Mega.
Mega juga menyayangkan penutupan pendaki pada tahun 2024 lantaran pendaki yang tidak menjaga kebersihan selama manaiki Gunung, untungnya tak berlangsung lama.

Terpisah Muhammad Sharil (23), mengatakan, menjadi pendaki sudah ia tekuni sejak umur 15 tahun, dengan pengalaman naik gunung itu, sering kali ia diminta mengantar tamu atau menjadi pemandu.
“karena suda terbiasa, ada yang minta bantu di antarkan naik gunung, paling bayak Gunung Gamalama.”Kata Sahril.
Sahril menjelaskan, sebelum ramai saat ini, Gunung Gamkonora suda ia mendaki sejak tahun 2016, ketika ia berkunjung ke rumah kerabat yang ada di Desa Gamsungi, tepatnya Desa yang menjadi salah satu jalur pendakian Gunung Gamkonora.
“Kalau Gunung Gamkonora, saya suda naik sejak SMP kelas tiga, dulu belum ada banyak orang tahu kalau ada Gunung yang sebagus ini, paling-paling orang cuman tahu naik gunung Ternate, Tidore, kalau tidak Maitara” Jelas Sharil.

Sharil mengungkapkan, gunung yang suda ia mendaki di Maluku Utara yakni Kie Gamalama (Ternate) Kie Matubu (Tidore), Gunung Maitara, Gunung Dukono (Tobelo) Gunung Karianga (Galela), Gunung Gamkonora, dan Kie Besi (Makian).
Diketahui, gunung Gamkonora yang berstatus gunung berapi aktif ini, meletus terakhir kali pada tanggal 10 Juli 2007, dan dilaporkan lebih dari 8.000 orang telah mengungsi dari rumah mereka di sekitar lokasi kejadian.
Sebelumnya itu Gunung Gamkonora tercatat pertama kali meletus pada abad ke-16 sekitar tahun 1673, disertai dengan tsunami yang menggenangi desa-desa di sekitarnya. Dan antara tahun 1564 dan 1989 gunung berapi ini meletus sebanyak dua belas kali.